Mengulik Kain Tenun Pringgasela, Lombok Timur
Pada artikel kali ini penulis akan mengulik lebih jauh tentang sejarah, bahan dan alat, proses pembuatan motif serta harga kain tenun yang ada di pulau Lombok khususnya kain tenun yang menjadi ciri khas Desa Pringgasela di Lombok Timur. Jika anda berkunjung sempatkan pula membeli sovenir untuk menjadi oleh-oleh khas lombok untuk keluarga dan teman-teman.
Posisi Desa Pringgasela pada Peta Pulau Lombok (Sumber:Google map) |
Sejarah
Keberadaan kerajinan tangan berupa kain tenun tradisional di pulau Lombok sudah cukup lama. Disalahsatu desa di Lombok bagian timur yakni Desa Pringgasela kerajinan tenun tradisional telah ada sejak awak kelahiran desa tersebut, yaitu sekitar tahun 1522 M. Menurut sejarah disana terdapat sebuah Huma (bebalik) _ sejenis saung_ yang dibuat diatas tumpukan batu. Oleh penduduk sekitar dikenal dengan Bebalik Batu Prigi yang artinya saung yang berada diatas tumpukan batu, istilah itu kemudian menjadi asal nama sebuah dusun yang diberi nama Dusun Prigi. Akses menuju tempat ini paling mudah dengan menggunakan jasa rental mobil yang informasinya dapat anda temukan diartikel 8 Daftar Perusahaan Rental Mobil di Lombok.
Dusun Prigi adalah bagian dari wilayah kekuasaan Kerajaan Selaparang. Dusun Prigi berbatasan dengan dengan Kali Belimbing yang digunakan sebagai tempat pertahanan dari serangan musuh. Sebagian besar penduduk Dusun Prigi berasal dari keturunan Selaparang sehingga Dusun Prigi diberi nama Pringgasela dengan Pringga memiliki arti prajurit, generasi, keturunan, raga atau batu, sedangkan Sela bermakna Selaparang. Jadi Pringgasela bisa diartikan generasi atau keturunan selaparang. Sebagaimana asal muasal Dusun Prigi yang ditempati mayoritas oleh orang keturunan kerajaan Selaparang.
Menurut sejarah sebelum lahirnya Desa Pringgasela, ada seorang tokoh agama Islam yang datang dari Sulawesi untuk menyebarkan dakwah islam di pulau Lombok. Tokoh tersebut bernama Lebai Nursini. Masyarakat Pringgasela menjuluki beliau sebagai wali karena ketakwaannya dan ketekunannya mengajarkan dan mendakwahkan islam kepada penduduk. Selain itu beliau juga ternyata mengajarkan penduduk setempat untuk bertani dan menenun.
Dengan memanfaatkan bunga dari pohon kapas yang banyak tumbuh di daerah tersebut, dijemur kemudian dipintal dengan menggunakan alat yang sangat sederhana yang disebut ganti (gentian), petuk, saka dan kanjian. Bunga kapas yang sudah berbentuk benang diberi warna dengan zat pewarna yang berasal dari tumbuh tumbuhan, akar pohon, dan kulit kayu. Kemudian setelah mendapatkan warna yang diinginkan benang kapas dijemur dan siap ditenun dengan alat sederhana yang disebut dengan gedokan.
Hingga saat ini kain tenun yang dibuat oleh Lebai Nursini masih tersimpan sebagai pusaka leluhur Desa Pringgasela yang disebut Reragian. Selain itu terdapat umbul-umbul atau penjor pertama dan tertua di Indonesa yang berumur sekitar 288 tahun yang terbuat dari rajutan potongan kain tenun yang disebut Tunggul. Kata Tunggul disarikan dari kata Tunggal, satu atau esa yang melambangkan nilai agama islam yakni Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT. Jadi kita bisa memahami bahwa dibalik karya tenun gedokan terdapat nilai dakwah kepada islam, dimana pada masa itu keyakinan animisme dan dinamisme yang pada awalnya dianut oleh masyarakat setempat tidak memiliki aturan sebagaimana islam dalam menutup bagian tertentu dari tubuh yang disebut aurot.
Bahan-Bahan dan Alat Pembuatan
Seperti telah disebutkan di atas bahwa bahan yang digunakan untuk membuat karya tenun gedokan ini adalah bunga kapas yang dipintal menjadi benang kemudian diberikan pewarna alami dari berbagai jenis daun, bunga, akar pohon dan kulit kayu sehingga menghasilkan warna-warna tertentu. Sebagai contoh kayu banten menghasilkan warna coklat sedangkan untuk warna kuning diperoleh dari kayu nangka, warna hijau dari daun manga dan warna merah dari akar tanaman mengkudu selain itu penenun juga menggunakan kulit manggis dan kulit degan atau kelapa muda yang jika dipadukan menghasilkan warna ungu.
Terdapat 3 macam benang yang dipakai dalam menenun tenun ini, yaitu: benangkatun, benang kapas dan benang merser. Ketiga macam benang tersebut berbahan dasar sama yaitu kapas namun dengan finishing yang berbeda. Benang katun memiliki kualitas yang lebih baik dari benang kapas dilihat dari pilinan benangnya sehingga menjadi lebih kuat. Benang merser adalah yang terbaik karena selain pilinan yang lebih rapat serta proses merser (mercerized) yang membuat benang jenis ini menjadi lebih kuat, halus dan berkilau.
Aktivitas para pengerajin disaat menenun dan memintal benang (sumber:andyhardiyantidotcom) |
Adapun alat yang digunakan adalah alat pintal dan alat tenun yang masih sangat tradisional dari sinilah kita mendapatkan hasil karya para pengerajin tenun yang memintal kapas demi kapas sehingga menjadi benang dan setiap benang dipintal atau ditenun dengan penuh kesabaran dan keuletan dari para wanita dan ibu-ibu, hingga menjadi karya yang tak ternilai harganya.
Salah satu pengrajin Ibu Marsini sedang menenun kain songket (sumber:akarmediadotcom) |
Motif Tenun Songket
Ragam motif kain songket Pringgasela dengan pewarna alam (sumber: media.nelitidotcom) |
Motif Sundawa, Sari Menanti Berbelah Songket dan Dulang Emas merupakan motif yang sudah dikembangkan menyesuaikan dengan keinginan pasar. Adapun motif jenis ini memiliki ciri khas garis berkelompok, sesekali diberi motif songket dengan benang pakan, jika menggunaka pewarnaan alam maka warna yang dipilih adalah aneka warna pastel menyesuaikan dengan bahan pewarna yang tersedia.
Harga
Ada beberapa faktor yang yang mempengaruhi harga tenun songket. Yang paling jelas adalah dari sisi pewarna yang digunakan, jika menggunakan pewarna alami tentunya harganya jauh lebih mahal dibandingkan dengan jika menggunakan pewarna sintetis atau kimia. Faktor yang lain adalah dari sisi kerumitan dalam proses pembuatan. Sebagai gambaran untuk menenun selembar kain dengan ukuran 3 meter kali 60 cm membutuhkan 2 hingga 4 orang dan selesai dalam waktu antara 10 hingga 14 hari. Untuk gambaran harga satu kain songket berkisar antara Rp. 200.000 sampai dengan 3 Juta Rupiah.
Demikian artikel yang membahas tentang kerajinan tangan kain tenun songket yang berada di Desa Pringgasela, Kabupaten Lombok Timur. Mulai dari sejarah, alat dan bahan yang digunakan, hingga motif dan harga nya yang bervariatif. Semoga ada kesempatan untuk berjung ke Lombok, berwisata menikmati berbagai macam keindahan alam dari laut hingga pegunungan, dari kerajinan tangan hingga berbagai macam kuliner dan jajanan. Sampai bertemu diartikel menarik berikutnya. Jangan lupa pula kunjungi artikel kami yang lain tentang wisata pantai pink dan pantai lainnya serta berbagai hal menarik lainnya di Pulau Lombok . Semoga bermanfaat.Wassalamualaikum WarahmatuLlahi Wabarokatuh.
Belum ada Komentar untuk "Mengulik Kain Tenun Pringgasela, Lombok Timur"
Posting Komentar